Sunday, October 13, 2013

Sejarah Depok

Berkas:Tugu selamat datang dikota depok.jpgKota Administratif berjarak 20 km dari pusat kota Jakarta, dan 37 km dari Bogor. Sejak dulu telah terbangun komunitas orang Belanda di Depok, yang disebut Belanda Depok dan anak-anaknya mendapat julukan sinyo.Hal ini berkait sejarah awal abad ke-18, ketika Comelis Chastelein, petinggi VOC dan tuan tanah Depok, meninggal dunia pada tahun 1714 dan meninggalkan wasiat agar menghibahkan tanah Depok seluas 1.224 hektar kepada para budaknya. Dengan syarat mengganti agama mereka menjadi Kristen Protestan. Keturunan para budak inilah yang dapat kita jumpai di Depok Lama. Meskipun julukan Belanda Depok ini tidak menyenangkan, tapi tidak tersinggung bila disebut keturunan budak.


Sebelum Chastelein membeli tanah Depok, nama kota ini telah ada, mengutip cerita Abraham van Riebeeck ketika pada 1703, 1704, dan 1709 selaku inspektur jenderal VOC mengadakan ekspedisi menelusuri sungai Ciliwung. Melalui rute: Benteng (Batavia)-Cililitan -Tanjung (Tanjung Barat)· Seringsing (Serengseng)-Pondok Cina Depok-Pondok Pucung (Terong). Sebagian besar penduduk Depok berasal dari 120 orang budak yang dibebaskan Chastelijn, yang mayoritas orang Bali, ada juga yang berasal dari Sulawesi dan Timor. Mereka mendapat 300 ekor sapi, seperangkat gamelan dan senjata-senjata untuk membela diri. Tanah menjadi milik bersama dan tak seorang pun berhak menjual bagiannya kecuali kepada warga Depok lain. Terdapat aturan orang Cina tidak boleh tinggal di Depok, anak-anak wanita Depok, yang menikah dengan orang Eropa, tidak berhak mewarisi bagian orang tua mereka. Dari hasil padi dan kebun buah ditarik pajak, antara lain digunakan untuk memelihara orang jompo. Pada tahun 1915 terdapat 748 orang yang memiliki tanah Depok, diantaranya 195 orang pria dan 179 orang wanita dewasa, sisanya anak-anak berumur di bawah 14 tahun. Komunitas ini sebelum PD II berkembang menjadi 1.400 orang Depok.

Kota Depok diresmikan sebagai kota administratif pada tanggal 18 Maret 1982. Kota ini termasuk dalam Wilayah Pembangunan Debotabek (Depok-Bogor-Tangerang-Bekasi). Di dalam sistem Metropolitan Jakarta, Depok berfungsi sebagai "Kota Asmara". Dalam menjalankan fungsinya itu telah dibangun sekitar 19.000 unit perumahan oleh Perumnas. Sebagian besar penghuninya bekerja di Jakarta. Kota Adrninistratif Depok, wilayahnya terdiri dari Kecamatan Pancoran Mas (2.150 ha), Kecamatan Beji (3.075 ha), dan Kecamatan Sukmajaya (2.150 ha).

Beberapa sungai yang mengalir di Depok antara lain Ciliwung, Grogol, Krukut, dan Pesanggrahan, serta anak sungai Sugutamu, Cijantung, dan Kalibaru. Sungai-sungai ito digunakan untuk irigasi dan saluran pembuangan akhir. Ciliwung, yang berdebit air sekitar 200 liter/detik, digunakan juga sebagai sumber air minum oleh PAM Depok untuk melayani kebutuhan air bersih masyarakat Depok. Danau di wilayah Depok adalah Situs Rawagede, Baru, dan Patara. Ketiganya bermanfaat untuk saluran pembangunan rumah tangga serta kegiatan pertanian dan perikanan. Untuk mengendalikan aliran Ciliwung, dibangun waduk Depok seluas 200 hektar yang berlokasi di Desa Mekarjaya, Kecamatan Sukmajaya.

No comments:

Post a Comment