Wartawan Soematra Post 
(Medan) dari Belanda yang berambisi untuk membuat film cerita buatan 
Hindia yang hebat. Modalnya hanya pengetahuan yang didapat dari membaca 
dan semangat yang luar biasa. Meskipun hanya menghasilkan dua buah film 
cerita saja, namanya menjadi amat terkenal di kalangan dunia film, 
karena karyanya merupakan tonggak-tonggak baru sejarah perfilman 
Indonesia.
Film-filmnya antara lain Pareh (1934)
 merupakan buatan dalam negeri pertama yang mampu menarik perhatian luas
 kalangan menengah ke atas, bahkan sampai di Negeri Belanda. Pareh merupakan judul satu film pribumi garapannya. Pareh berasal dari kata Sunda yang artinya "padi". Karena itu diberi judul tambahan Een Rijslied van Java (Lagu Padi dari Jawa). Berkisah tentang percintaan antara pemuda pesisir dengan gadis daerah pertanian. Dan Terang Boelan
 (1937) telah memberikan pemasukan yang berlipat ganda yang mampu 
dimasukkan film buatan dalam negeri sepanjang sejarah sebelum PD II. 
Dengan rangsangan, maka kemudian muncullah "iklim" pembuatan film 
angkatan pertama dalam sejarah film Indonesia.
Balink sebelumnya adalah wartawan De Locomotief
 (Semarang) yang banyak menulis tentang film. Orang Belanda totok yang 
hanya punya pengetahuan tentang film secara teoritis ini kemudian 
mengajak Wong Bersaudara di Bandung dengan mendirikan perusahaan Java 
Pacific Film Coy. Balink punya uang dan gagasan, Wong punya peralatan 
dan pengalaman.
Dalam mencari pemain saja menghabiskan 
waktu hampir setahun, sehingga akhirnya mereka temukan Rd. Mochtar. 
Sengaja pula didatangkan cineast Belanda terkenal Mannus 
Franken, untuk mendampinginya. Penyelesaian terakhir dilakukan oleh 
Franken di Negeri Belanda. Tapi film ini tidak mampu mengembalikan 
modalnya yang begitu besar. Salah satu film cerita yang dibuat Balink 
adalah Terang Boelan, yakni yang membuat nama Rd. Mochtar dan 
Roekiah menjadi amat popular. Untuk pembuatan film ini Balink mengajak 
wartawan lainnya, Saeroen, untuk menuliskan skenarionya.
Mendirikan Java Pasific Film (JPF) 
dengan studio di Bojong Loa, bekas pabrik tepung tapioka. Studio 
primitif ini menggunakan beberapa los dan sebuah kamar gelap berdinding 
kertas hitam yang berisi mesin cetak film sederhana. Tempat editing di 
serambi depan yang dikelilingi pohon besar. Di bagian samping ada 
bangunan tambahan, rumah karyawan. Di cerobong asap, ditempel dengan 
huruf besar nama perusahaan JPF. Tahun 1934 sempat membuat film 
dokumenter berjudul De Merapi Dreigt (Gunung Merapi Menganeam) sebagai 
film bicara pertama yang dibuat di Hindia Belanda. Balink meninggal di 
Amerika tahun 1976 dalam usia 69 tahun.
No comments:
Post a Comment