Sastrawan Betawi sesudah merdeka,
sezaman dengan SM Ardan dan Mahbub Djunaidi. Nama sebenarnya ialah
Firmansyah Muntaco, lahir di Jakarta pada tanggal 5 Mei 1935. Pendidikan
SLA ia selesaikan 1954 di Jakarta dan pernah mengikuti kuliah di
Akademi Publisistik (1958-1959, tidak selesai) dan pernah pula mengikuti
Kino Film (Skenario) di LPKJ (1977-1978, tidak selesai). Ia memulai
karimya sebagai sastrawan sejak 1955. Sejumlah karyanya yang berupa
sketsa atau cerpen banyak dimuat berbagai majalah dan surat kabar. Sejak
itu, Firman lebih dikenal sebagai penulis sketsa atau cerpen yang
sangat khas mengangkat persoalan kehidupan masyarakat Betawi. Ia menulis kolom Gambang Djakarte berupa humor dalam bahasa Betawi dengan gaya yang sangat bebas di Koran Berita Minggu pada
tahun 1957- I965, sehingga sanggup mengangkat tiras koran tersebut
sampai 400.00-an dan hasil karyanya mampu menerobos pangsa pasar di luar
Betawi. Kolom tersebut berisi cerita pendek yang diangkat dari
kehidupan masyarakat kecil dengan gaya yang sangat bebas membuat dialek
Betawi mulai dikenal luas di Nusantara. Dan atas karyanya tersebut, ia
memperoleh piagam penghargaan dari Universitas Jakarta atas jasa-jasanya
sebagai pengembang sastra Betawi. Ia pun pernah memenangkan sayembara
cerpen Betawi sebagai pemenang pertama (1969).
Ia juga bergiat di TVRI Stasiun Pusat
Jakarta, sebagai koordinator paket siaran-siaran Budaya Betawi karena
jabatannya sebagai Ketua Harian Lembaga Kebudayaan Betawi. Siaran ini
disalurkan melalui acara Cakrawala Budaya Nusantara, Taman Bhinneka
Tunggal Ika, Sandiwara (tradisional), Nusantara Menyanyi dan Nusantara Menari,
dilakukan sejak 1977. Sebagai pimpinan Sanggar Seni dan Sandiwara
Betawi "Surilang Group" dan Orkes Tradisional Betawi "Sambrah", ia
banyak pula terlibat secara langsung sebagai pengisi acara, baik sebagai
penulis naskah maupun pengatur laku. Pada acara sandiwara yang
diselenggarakan Teater Mama, ia bertindak sebagai pimpinan musik
pengiring.
No comments:
Post a Comment