Monday, November 10, 2025

Kisah Cinta di SMAN 51 Condet (10)

BAB 10 – KENANGAN DI BALIK JENDELA

Beberapa tahun telah berlalu sejak Rafi dan Nisa berpisah.
Bandung, Jakarta, dan Condet kini bagai tiga dunia berbeda yang mereka jalani. Rafi sibuk dengan kuliah dan pekerjaannya, sementara Nisa membantu keluarga dan kadang mengajar les di sekolah terdekat.

Namun, setiap kali Rafi melihat surat tua atau gitar klasiknya, bayangan Nisa muncul di pikirannya. Di Condet, Nisa sering duduk di jendela kamar, menatap kebun salak dan duku yang masih rimbun, membayangkan Rafi sedang berada di bawah langit yang sama.

Suatu sore, Nisa membuka jendela kamar, memandang ke arah pohon duku yang dulu mereka ukir. Angin berhembus lembut, membawa aroma tanah basah dan daun salak yang jatuh perlahan.
Ia menghela napas, tersenyum tipis.

“Rafi, kamu masih di hatiku, meski jarak memisahkan kita,” gumamnya.

Di Bandung, Rafi duduk di teras kosnya, gitar klasik di pangkuan, menatap langit senja. Ia menulis di buku catatannya:

“Nisa, cinta pertama tak pernah benar-benar berakhir. Ia hidup dalam kenangan, dalam aroma salak Condet, dalam tawa yang kita bagi, dan janji di pohon duku. Kita berpisah, tapi aku tetap menyimpanmu di sini, di hati.”

Mereka tidak pernah bertemu lagi secara langsung setelah perpisahan itu. Surat-surat yang hilang, kesibukan, dan jarak memisahkan mereka, tapi kenangan itu tetap hidup.

Musim berganti, pohon duku tetap berdiri, menyaksikan waktu yang terus berjalan.
Setiap orang yang pernah melewati kebun itu mungkin tak tahu kisah dua remaja yang pernah duduk di bawahnya, tertawa, menangis, dan membuat janji sederhana namun abadi.

Di jendela kamarnya, Nisa menatap matahari terbenam.
Di teras kosnya, Rafi memetik senar gitar, nada sederhana yang mengingatkan pada hujan sore di Condet.
Dua dunia berbeda, dua kehidupan yang berbeda, tapi satu kenangan yang tak pernah padam.

Dan di antara daun salak yang jatuh, di balik aroma duku yang manis, cinta pertama mereka tetap hidup — tak pernah hilang, hanya bertransformasi menjadi cerita indah yang selalu bisa dikenang.


No comments:

Post a Comment