Mohammad Arif Ali, salah-seorang pelaku kanibalisme. |
Dua
orang lelaki di Pakistan mencuri mayat manusia dari kuburan dan
mengolahnya menjadi kari sebelum melahapnya demi mendapatkan kesaktian.
Pengadilan di Provinsi Punjab, Pakistan, telah
menghukum penjara Mohammad Ali Farman dan Mohammad Arif Ali selama dua
tahun karena alasan merusak kuburan.
Warga kota Dayha Khan, yang berjarak
sekitar 200km dari ibu kota Pakistan, Islamabad ini tidak terbukti
melakukan pembunuhan, karena kanibalisme tidak diatur dalam aturan hukum
negara itu.
Penyelidikan kepolisian setempat menyimpulkan,
dua bersaudara ini mempraktekkan kanibalisme setelah bertemu seorang
dukun lokal yang sebelumnya pernah ditangkap karena mencuri mayat dari
kuburan.
Dukun itu mengharuskan dua bersaudara itu makan
daging manusia jika ingin mendapatkan kesaktian, kata Inspektur Polisi
Fakhar Bhatt, yang menangani kasus kanibalisme ini.
"Agar mantranya manjur, mereka harus menyantap daging manusia," kata Bhatt.
Mayat hilang
Kasus kanibalisme ini mulai terkuak ketika
seorang perempuan berusia 24 tahun, Saira Parveen, meninggal karena
kanker tenggorokan dan dimakamkan oleh kerabatnya.
Keesokan paginya, beberapa kerabat keluarga almarhumah mengunjungi kuburannya dan menemukan ada bekas galian di atasnya.
"Kami mengikuti iring-iringan semut itu. Ada beberapa karung pupuk di bawah tempat tidur. Kami menariknya keluar, dan di dalam karung goni itu kami menemukan potongan tubuh manusia."
"Kami kemudian menggali kuburannya, dan sungguh
mengerikan karena jasad Parveen lenyap," kata Aijaz Hussain, saudara
perempuan almarhumah.
Penyelidikan polisi kemudian mengarah pada kediaman Ali bersaudara.
"Kami menggerebek rumah tersebut dengan ditemani
beberapa tokoh masyarakat," kata Inspektur Fakhar Bhatti, petugas
kepolisian yang memimpin penyelidikan kasus ini.
"Arif saat itu sedang tidur di kamarnya. Hanya
ayahnya dan salah seorang kakaknya ada di sana. Sementara Farman tidak
ada di tempat. Kami kemudian melakukan pencarian di rumah itu, dan
meminta kunci kamar Farman yang terkunci."
Ketika mereka membuka ruangan itu, aroma daging busuk langsung menyeruak.
"Di tengah-tengah ruangan, saya melihat periuk
yang berisi daging kari. Di dekatnya ada papan kayu, kapak serta pisau
berukuran besar. Ada sisa-sisa lemak menempel di papan dan kapak. "
Penyelidikan kemudian dilanjutkan dengan mengikuti iring-iringan semut, yang berakhir di bawah tempat tidur.
"Kami mengikuti iring-iringan semut itu. Ada
beberapa karung pupuk di bawah tempat tidur. Kami menariknya keluar, dan
di dalam karung goni itu kami menemukan potongan tubuh manusia," kata
Inspektur Bhatti.
Bertahun-tahun
Dari hasil interogasi kepolisian, dua bersaudara
itu mengaku telah menggali dan melahap beberapa mayat lainnya dari
komplek kuburan setempat.
Mereka juga mengatakan telah melakukan praktek kanibalisme selama beberapa tahun.
Sejumlah orang yang pernah berhubungan dengan
Farman Ali kurang yakin dengan anggapan yang menyatakan bahwa mereka
mengalami gangguan kejiwaan.
Tanvir Khwawar, warga lokal yang mengaku pernah satu sekolah dengan mereka selama 10 tahun.
"Dia cerdas dan mampu sekolah sampai tingkat 10," kata Tanvir.
"Tapi setelah kelas 10, dia berhenti sekolah, dan semakin terpencil. Kita jarang bersua setelah itu."
"Tapi setelah kelas 10, dia berhenti sekolah, dan semakin terpencil. Kita jarang bersua setelah itu."
Dua bersaudara itu diketahui telah menikah dan
punya anak. Namun mereka berpisah dengan istrinya masing-masing sebelum
mereka ditangkap.
Para mantan istri mereka, seperti ditirukan
Inspektur Bhatti, mengaku mengeluhkan perilaku suaminya yang tidak
bekerja, dan kerap mengunci mereka berjam-jam di dalam rumah saat mereka
pergi keluar.
Saudara perempuan yang dulu tinggal dengan
mereka menderita gangguan jiwa dan ditemukan tenggelam di sebuah kanal
beberapa hari setelah mereka ditangkap.
Kakak beradik ini tidak pernah mendapat bimbingan psikiater untuk gangguan psikologi.
Pengacara mereka Rao Hussain mengatakan tugasnya
adalah memastikan keduanya mendapat hukuman penjara rendah dan ia
berhasil melakukannya.
"Mereka tidak gila, mereka hanya bodoh," kata Rao.
(sumber: BBC Indonesia)
No comments:
Post a Comment